Di Persimpangan Remaja: Mencari Aku

Hai, aku Hilmi. Dan aku masih duduk di bangku MTs sekarang. Orang-orang bilang, masa remaja adalah masa ketika mereka mengetahui jati diri mereka. Tapi jujur saja, di usiaku sekarang, rasanya aku tidak benar-benar paham siapa aku atau apa yang ingin aku capai. Setiap hari, di bangkuku sendiri, aku melihat teman-temanku seolah sudah tahu jati diri mereka. Sementara aku? Aku masih sering merasa hilang arah.

Segalanya terasa seperti kabut tebal yang menyelimuti setiap arah yang ingin aku tuju. Aku merasa seperti berdiri di tengah hutan tanpa petunjuk, tanpa peta, dan tanpa tahu harus ke mana. Seolah setiap pilihan yang berani aku ambil malah menambah beban pikiran.

Di sekolah, aku mencoba berbaur, menjadi bagian dari kelompok teman yang berbeda setiap minggunya. Namun, aku malah bingung apakah aku benar-benar nyaman dengan mereka atau hanya ikut-ikutan agar tidak tertinggal. Aku selalu ingin seperti mereka yang yakin pada diri sendiri, tetapi entah mengapa, aku selalu merasa ada yang kurang ketika mencoba meniru orang lain.

Rasanya dunia berlalu dengan cepat, sementara aku masih terdiam di sini, berusaha mencari tahu siapa aku sebenarnya. Aku merasa seperti terjebak di antara harapan dan keinginan untuk memahami diriku sendiri. Seperti ada dua sisi yang mengikat pergelangan tanganku, membuatku kehilangan keseimbangan. Orang-orang selalu bilang, "Jadilah diri sendiri" atau "Yakinlah pada dirimu sendiri." Tapi, sebenarnya apa artinya "diri sendiri" itu? Bagaimana caranya aku tahu siapa diriku jika aku sendiri bahkan tidak tahu apa yang benar-benar kuinginkan?

Teman-temanku tampaknya tahu apa yang mereka inginkan, tahu apa yang mereka suka, bahkan tahu siapa yang mereka percaya. Namun aku, rasanya seperti ada terlalu banyak jalan dan terlalu banyak pilihan. Di tengah semua kebingungan dan keraguan ini, aku selalu berpikir, sebenarnya aku ini orang seperti apa?

Namun perlahan, aku mulai sadar bahwa menemukan jati diri itu tidak perlu buru-buru. Mungkin yang aku butuhkan sekarang adalah waktu, kesempatan untuk mencoba hal-hal baru. Aku mulai paham bahwa jati diri bukan tentang memenuhi harapan atau standar yang orang lain berikan. Mungkin, jati diri itu adalah tentang merasa nyaman dengan siapa diriku sekarang, lengkap dengan kekurangan dan segala hal lain yang mungkin terlihat kecil dan remeh di mata orang lain.

Ada kalanya aku meragu, dan kebingungan itu akan terus datang. Tapi aku tidak akan menyerah. Aku akan belajar sabar dan menerima bahwa mencari jati diri adalah perjalanan panjang dan penuh tantangan. Meskipun tengah melalui proses yang berat, aku akan tetap percaya pada diriku sendiri. Karena, kalau bukan aku yang menghargai dan mengenali diriku sendiri, siapa lagi?

Hidupku adalah milikku, dan aku ingin menjalankannya dengan caraku sendiri. Aku tidak harus menjadi sempurna atau tahu segalanya. Aku hanya perlu melangkah mantap, membuka diri pada pengalaman baru, dan berusaha selalu jujur pada diri sendiri.

Untuk sekarang, aku masih Hilmi yang terus bertanya, mencoba, dan mencari. Dan meskipun jawabannya belum jelas, suatu saat nanti, aku akan sampai di titik di mana aku bisa berkata dengan amat yakin, "Inilah aku."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kala laut berbicara

Ulangan harian dapat berapa, ya?

Ancaman yang Mengintai di Balik Kemajuan Teknologi